- Back to Home »
- Kesenian Karinding »
- Pelestari Karinding
Posted by : Unknown
Kamis, 28 Februari 2013
SAMPURASUN!!!
Siapakah yang melestarikan karinding yang kabar nya sudah punah?
Siapakah yang melestarikan karinding yang kabar nya sudah punah?
Tak jauh dari perbatasan Kabupaten Bandung tepatnya di Kabupaten
Sumedang, seorang sosok sederhana belakangan populer di kalangan
komunitas musik metal Kota Bandung. Ia membawa misi mulia, yakni
melestarikan sebuah alat musik tradisional bernama karinding.
Kalo yang suka main karinding sih pasti tau dong siapa sih pencetus ada nya kesenian karinding. Adalah Endang Sugriwa atau yang akrab disapa Abah Olot. Pria kelahiran
Sumedang 18 April 48 tahun lalu ini merasa bertanggung jawab untuk
melestarikan Karinding, alat musik tradisional Sunda yang dikabarkan
punah.
![]() |
Abah Olot |
Abah Olot memang lahir di keluarga yang melestarikan alat musik
karinding. Ayah Abah Olot adalah seorang pembuat karinding dan bisa
memainkan karinding. Ia pun rela meninggalkan pekerjaannya sebagai
perajin mebel kayu dan bambu di Cipacing, Kabupaten Bandung. Ia kemudian
memilih untuk menekuni warisan turun temurun keluarganya tersebut.
"Mulanya pada tahun 2004 Abah mau mencoba bikin karinding juga. Tapi
beliau (ayah Abah Olot-red) bilang sudah tidak bisa membuat lagi karena
sudah tua. Kemudian saya diwariskan ilmunya untuk membuat karinding ini.
Saya juga merasa mewariskan ini kepada anak-anak muda" tutur Abah Olot
kepada detikbandung.
Berbekal kemampuannya membuat dan memainkan karinding serta tekadnya untuk melestarikan warisan budaya leluhur Sunda, Abah Olot kemudian syiar ke Bandung dan pelosok-pelosok daerah di Jawa Barat. Kebetulan ia dipertemukan dengan Dadang Hermawan alias Mang Utun, seorang aktivis lingkungan hidup yang akhirnya membawa Abah Olot ke komunitas Ujungberung Rebel.
"Berkat dukungan anak-anak, sekarang karinding ini lebih berkembang dan lebih kuat. Jangan sampai kesenian tradisional ini dianggap punah," tegas Abah Olot.
Seperti yang ditulis oleh Kimung, salah satu personel Karinding Attack, karinding adalah waditra karuhun Sunda, terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dibuat menjadi tiga bagian, yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing), bagian untuk digenggam, dan bagian panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut.
Dari situlah bunyi tersebut dihasilkan. Namun bunyi yang akan dikeluarkan bisa diatur tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman resonansi, tutup buka kerongkongan, atau hembusan dan tarikan napas.
Yuk belajar karinding!
Berbekal kemampuannya membuat dan memainkan karinding serta tekadnya untuk melestarikan warisan budaya leluhur Sunda, Abah Olot kemudian syiar ke Bandung dan pelosok-pelosok daerah di Jawa Barat. Kebetulan ia dipertemukan dengan Dadang Hermawan alias Mang Utun, seorang aktivis lingkungan hidup yang akhirnya membawa Abah Olot ke komunitas Ujungberung Rebel.
"Berkat dukungan anak-anak, sekarang karinding ini lebih berkembang dan lebih kuat. Jangan sampai kesenian tradisional ini dianggap punah," tegas Abah Olot.
Seperti yang ditulis oleh Kimung, salah satu personel Karinding Attack, karinding adalah waditra karuhun Sunda, terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dibuat menjadi tiga bagian, yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing), bagian untuk digenggam, dan bagian panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut.
Dari situlah bunyi tersebut dihasilkan. Namun bunyi yang akan dikeluarkan bisa diatur tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman resonansi, tutup buka kerongkongan, atau hembusan dan tarikan napas.
Yuk belajar karinding!
Sumber : detikbandung
Posting Komentar